Revolusi Mental dalam Teknologi Informasi

Sabtu, 17 September 2016 saya bertemu dengan teman lama yang pertama saya kenal beliau sebagai Ustadz dalam acara Pengajian Dotcomers V.5 di Kota Purwokerto (2007), dengan tema "Membangun Bisnis DotCom : Bagaimana Membangun Bisnis Online : Branding & Marketing". Hari ini saya bertemu setelah hampir 9 tahun los kontak. Hari ini beliau membawakan materi di ajang FTIK 2016 di Gratama Pustaka DIY. Pada kesempatan ini beliau membahas tentang Branding dan E-Commerce dalam Media Sosial. ...... di tulisan lain Maraknya penggunaan jejaring sosial dalam keseharian masyarakat Indonesia menjadi sebuah fenomena yang harus disikapi dengan bijak oleh para entrepreneur. Bukan hanya mereka yang bergerak di bidang ecommerce, tetapi juga harus mulai diperhatikan oleh seluruh entrepreneur dari berbagai sektor, karena tren digital ini di masa mendatang akan makin menguat. Karena itu, pengusaha seharusnya tidak meninggalkan momentum ini. “Yang sampai sekarang tidak pernah Twitter-an, sekarang wajib! Kalau Anda pengusaha,” ujar Nukman Luthfie, pakar dan praktisi jejaring sosial Indonesia.  

Bukan tanpa alasan jika Nukman menyarankan dengan sangat pada para pengusaha untuk lebih melek jejaring sosial karena menurut pengamatannya selama ini, jejaring sosial berperan membentuk opini masyarakat luas (baca: konsumen) mengenai citra suatu entitas bisnis, entah itu UKM, brand, korporasi besar, dan sebagainya. Bahkan sebuah organisasi nirlaba pun dapat menuai manfaat jejaring sosial jika mau menggarapnya dengan serius.

Nukman yang juga entrepreneur ini mencontohkan bagaimana sebuah brand meleburkan aspek sosial dalam dunia digital. Dalam situs bisnis, idealnya interaksi sosial itu juga diakomodasi oleh si pemilik usaha agar makin banyak konsumen potensial tertarik menjadi konsumen dan konsumen yang sudah ada juga bertambah setia. Misalnya, salah satu trik yang berkaitan dengan aspek interaksi sosial yang digunakan dalam situs ialah dengan mendesain sedemikian rupa agar barang yang disukai oleh teman seorang pengunjung situs di jejaring sosial (Facebook katakanlah) akan tampak secara otomatis saat ia menjelajahi laman website. Atau dapat juga diatur supaya aktivitas yang dilakukan seseorang di situs bisnis kita (misalnya klik ‘like’) bisa ditampilkan dalam news feed mereka atau di lini masa (timeline) Twitter akun si pengunjung. Ini akan memancing keingintahuan teman-temannya mengenai produk yang di-like.

Agar tidak ketinggalan dalam persaingan yang makin ketat di dunia maya, point of contact juga harus diperbanyak, ujar Nukman. Apa yang ia maksudkan sebagai ‘point of contact’ ini ialah perangkat digital yang terkoneksi dengan Internet yang memungkinkan para konsumen untuk berhubungan/ berinteraksi dengan bisnis kita. “Makin banyak point of contact, makin bagus,” tutur CEO Musikkamu.com ini.  

Bagaimana cara memperbanyak point of contact? Nukman menyarankan agar situs-situs bisnis yang biasanya lebih banyak diakses melalui komputer desktop termasuk laptop dan netbook yang menjadi jenis point of contact konvensional, dapat diakses dengan sama nyaman dan fungsional pula saat pengunjung menggunakan perangkat bergerak seperti ponsel pintar (smartphone) dan sabak elektronik (tablet PC).  Ini harus disiasati dengan cerdas oleh entrepreneur karena jaman sekarang orang lebih banyak menghabiskan waktu dengan perangkat bergerak mereka karena relatif lebih ringkas dan terjangkau daripada perangkat TI lain. (*Akhlis) Sumber : http://www.ayopreneur.com/penjualan-dan-pemasaran/entrepreneur-harus-melek-jejaring-sosial

Sekilas karir beliau Sumber : http://marketplus.co.id/2011/03/nukman-luthfie-passion-berbuah-sukses-2/

Nukman Luthfie: Passion Berbuah Sukses

Bisa diceritakan perjalan karir bapak?
Begitu lulus kuliah, dalam sepekan saya segera berangkat ke Jakarta mencari pekerjaan. Karena selama kuliah saya membiayai hidup dengan menulis ilmiah populer bahan-bahan kuliah untuk berbagai koran, langkah paling cepat adalah menjadi wartawan. Saya bekerja di tiga media, awalnya di koran Bisnis Indonesia, lalu majalah Prospek dan terakhir di SWA sebagai redaktur.
Minat saya di bidang Teknologi Informasi dan Bisnis, membuat saya belajar dan menulis banyak soal Internet saat awal-awal munculnya Internet di Indonesia tahun 1994-an. Karena itu, ketika diminta untuk bergabung ke Agrakom, perusahaan pembuat web pertama di Indonesia, saya segera setuju. Saya merintis karir dari mengurusi web Agrakom, hingga akhirnya menjadi Direktur Internet Service, yang membangun puluhan web-web perusahaan besar di Indonesia.
Tak lama di Agrakom, saya dan Hana Budiono, membangun Agrakom Public Relations, melayani perusahaan-perusahaan TI seperti Microsoft Corp, Intel Corp dan Dell Corp yang sedang gencar-gencarnya menggarap pasar Indonesia. Saat itulah, saya bukan lagi sekadar karyawan/direksi, tapi sudah naik pangkat menjadi intrapreneur.
Saat Agrakom melahirkan Detik.com pada tahun 1998, saya pun kemudian diminta untuk memegang pemasaran dan menjadi Direktur Pemasaran, yang kemudian merangkap sebagai Direktur IT. Desember 2002 saya mengambil keputusan untuk berhenti sebagai profesional murni. Saya ingin menjadi pengusaha. Maka akhir Desember 2003 saya mengundurkan diri dari Detik.com. Tepat 24 Januari 2003 saya melahirkan Virtual Consulting, sebagai perusahaan konsultan strategi Internet. Saat ini Virtual Consulting disebut majalah ADOI sebagai konsultan strategi digital yang mampu berkompetisi dengan asing di Indonesia. Kini Virtual Consulting mengelola merek-merek global dan nasional, seperti SOYJOY, Nestle, Merck, Indofood dan Evalube.
Tujuh tahun sebagai CEO saya rasa sudah cukup. Per 24 Januari 2011, saya mengundurkan diri sebagai CEO, diganti Iim Fahima, anak muda yang punya visi dan pengalaman panjang di dunia ad agency dan sudah bergabung di Virtual Consulting selama empat tahun.
Kini saya menjadi Online Strategist Virtual Consulting, sekaligus menggodok dan melahirkan bisnis-bisnis baru di dunia digital, yang fokus di e-commerce dan e-learning. Salah satunya: Juale.com , jasa self-service membangun toko online. Pada saat yang sama, saya mulai lebih mengembangkan PortalHR.com yang saya bangun empat tahun lalu.
Bisa diceritakan fase terberat sekaligus achievement terbesar dalam karir bapak?
Di setiap perusahaan saya punya pencapaian berbeda. Tidak bisa dibandingkan. Tapi saya beruntung bekerja dengan orang-orang hebat di majalah SWA, di Agrakom dan Detik.com, yang hingga kini diakui sebagai entitas bisnis yang berhasil. Namun, pengalaman terhebat sebagai profesional adalah di Detikcom, yang dibangun dengan uang dan sumber daya sendiri mampu bersaing melawan Astaga.com yang bermodal puluhan juta US$ dengan eksekutif hebat-hebat. Bahkan Detik.com lolos dari dotcom boom yang melanda di seluruh dunia, juga Indonesia, awal tahun 2.000-an.
Virtual Consulting, yang awalnya saya bangun sendiri, tanpa karyawan, dengan menyulap gudang di Gedung Cyber, Kuningan, sebagai kantor, dan kini sudah menjadi perusahaan yang diakui di dunia digital, adalah prestasi terbesar saya.
Melahirkan kader-kader pemimpin baru di Virtual Consulting juga saya anggap prestasi besar. Saya bisa lebih mudah menyerahkan tongkat kepemimpinan dan melahirkan usaha-usaha baru lain karena kader-kader pemimpin di Virtual Consulting tersedia. Saya tidak ingin sepanjang masa menjadi CEO di perusahaan yang saya dirikan.
Kami dengar bapak lulusan Teknik Nuklir UGM. Apakah yang membuat bapak tertarik memilih jurusan tersebut? Dan mengapa bapak justru mamilih karir yang bersebarangan dengan gelar pendidikan bapak?
Betul, saya kuliah di Teknik Nuklir, Universitas Gadjah Mada, tahun 1983 dan lulus 1990. Pilihan jurusan saya saat lulus SMA cuma dua: Teknik Nuklir dan Teknik Kimia. Saya pembaca yang rakus mengenai sains dan teknologi saat masih SMP dan SMA. Itulah yang mendorong saya memilih dua jurusan itu. Ternyata berjodoh dengan Teknik Nuklir.
Dalam hal karir, saya memilih mengikuti hobi. Karena hobi saya menulis, saat masih kuliah pun saya menulis ilmiah populer mengenai teknologi nuklir untuk berbagai media di Jawan Tengah. Karir pertama saya pun jurnalis. Sebagai jurnalis, saya belajar banyak di lapangan mengenai Teknologi Informasi , Komunikasi, dan Public Relations. Saya senang dengan perpaduan teknologi dan komunikasi, yang berkaitan langsung dengan manusia. Saya kira, karir berbasis hobi akan lebih bisa dinikmati dan berhasil ketimbang faktor lain.
Apa alasan bapak tertarik menggeluti bisnis digital ini?
Internet itu perpaduan antara Teknologi dan Komunikasi. Dua hal yang menarik buat saya sejak menjadi jurnalis. Sayang, kebanyakan pakar hanya di bidang teknologinya atau komunikasinya. Saya kebetulan punya keduanya, meski tidak sedalam pakar di bidang masing-masing. Saya berusaha menggabungkan Teknologi dan Komunikasi sebagai solusi untuk perusahaan. Sekarang terbukti, internet sudah menjadi bagian gaya hidup manusia dan perusahaan pun sangat membutuhkannya.
Bisa diceritakan kendala dalam menjalani dotcom dan digital?
Teknologi bukan lagi kendala. Infrastruktur Internet dulu masih kendala, sekarang tidak. Nah, saat ini kendala terbesar adalah sumber daya manusia. Sulit menemukan SDM kelas manager ke atas yang mudah beradaptasi dengan lingkungan digital. Maka Virtual Consulting pun terus menerus mengedukasi pasar dan SDM agar mampu menjalankan bisnis digital.
Perlukah internet marketing dimasukkan dalam kurikulum pendidikan?
Saya beberapa kali menjadi dosen tamu, baik di S1 maupun S2 Marketing, dan bisa menyimpulkan bahwa ilmu yang diajarkan di perguruan tinggi masih berpijak pada ilmu-ilmu non digital. Padahal, era digital mengubah perilaku perusahaan dan konsumen dalam banyak hal. Dulu misalnya, komunikasi dua arah, antara konsumen dengan perusahaan. Kini komunikasi horisontal, antar konsumen, antar produsen, melalui jagad maya dan jejaring sosial. Dulu, konsumen kesultan mendapat informasi . Kini, jika butuh informasi produk, tinggal search Google. Perubahan ini harus dimasukkan ke kurikulum pendidikan, khususnya jurusan Pemasaran, agar lulusannya siap masuk ke pasar.
Lambat laun semuanya akan goes to digital. Bagaimana dengan mereka yang berkecimpung di traditional media? 
Mereka yang di tradisional perlu menyesuaikan diri dengan perubahan perliaku target pasarnya. Jika pelanggannya sudah kian jarang baca cetak, nonton teve dan mendengarkan radio, karena beralih ke online dan main di social media, maka perusahaan/produsen/media tradisional perlu melangkah ke digital. Jika tidak, brand mereka akan dilupakan sebagian besar konsumennya.
Bisa diceritakan tren digital dan dotcom di 2011 seperti apa?
Tahun lalu, adopsi social media di Indonesia sangat bagus. Indonesia kini negara pengguna Facebook kedua terbesar dunia setelah AS, dengan jumlah mencapai 35 juta users. Dalam hal Twitter pun Indonesia istimewa. Sekitar 12% tweet di seluruh dunia disumbang dari Indonesia. Tidak mengherankan jika Indonesia sering menguasai Trending Topics di Twitter. Tahun ini, adopsi social media terutama Twitter ,di kalangan pengguna Intenet, akan terus meningkat pesat. Hal ini memaksa perusahaan untuk juga mengadopsi social media.
Ada dua tren penting yang menurut saya bakal terjadi tahun ini. Pertama, makin banyak pengguna Intenet dan social media yang menggunakan gadget mobile, baik berupa smart phone maupun tablet. Kedua, menguatnya era social commerce, yakni tren belanja yang disokong oleh social media. Pengguna social media kian tidak percaya terhadap iklan, sebaliknya kian percaya terhadap teman onlinenya.
Jika demikian, apa saja yang harus dipersiapkan perusahaan?
Pertama, perusahaan harus memiliki tim social media. Kedua, situs web perusahaan harus mobile friendly dan terintegrasi dengan teknologi social media. Ketiga, yang tak kalah pentingnya, karyawan diedukasi agar kian melek social media.
Bisakah bapak berbagi tips agar bisa sukses dalam bisnis dotcom dan digital?
Teknologi digital berkembang sangat cepat. Perubahan perilaku konsmen akibat penggunaan teknologi juga semakin cepat. Maka salah satu kunci penting sukses di bisnis ini adalah selalu melakukan riset, memantau perkembangan teknologi, agar cepat mengadaptasinya dan memanfaatkan untuk bisnis.
Sampai kapan bapak akan menekuni bisnis dotcom dan digital?
Saya paham betul, kompetensi saya sesungguhnya di dunia digital dan dotcom. Saya hanya mau bermain di mana saya memiliki kompetensi tinggi dan mampu bersaing. Saya tidak akan membuang-buang waktu keluar dari bisnis ini, pindah ke industi lain.
Nama Lengkap: Nukman Luthfie
Tempat/tanggal lahir: Semarang, 24 September 1964
Orang Tua: Jachja Chamim + Fadlilah
Istri: Nurul Akhatik
Anak: Hanani Marha Luthfina, Salsabila Salma Haniva, Fannan Nayotama
Hobi: Membaca, Menulis
Idola: Einstein dan Bill Gates
Perusahaan: Virtual Consulting
Jabatan: Online Strategist

0 komentar: